Pendidikan
Kamis, 05 November 2015
Jumat, 30 Oktober 2015
Pengertian Anak Usia Dini
Pengertian Anak Usia Dini (konsep Pendidikan)
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dimasa sekarang sangat penting bagi
tumbuh kembang anak-anak kita, khususnya di usia 0 sampai dengan 6
tahun. Hal ini sangat penting untuk perkembangan anak khususnya dalam
perkembangan perilaku, bakat, pengetahuan. Pada masa-masa usia tersebut
anak sangat peka dengan segala sesuatu dilingkungannya. Apabila
lingkungan mengajarkan hal yang positif mengarah ke perilaku yang
membuat anak terdidik dengan baik, maka anak akan terbentuk baik pila
pola pendidikan dan perilakunya.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0 tahun sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0 tahun sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu :
- Tujuan utama : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
- Tujuan penyerta : untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003
ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD
dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia
0-8 tahun.
Di daerah-daerah masih banyak berfokus pada usia 5-6 tahun atau anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak. Akibatnya, empat tahun pertama di masa emas anak-anak tersebut menjadi kurang diperhatikan, padahal di usia tersebut mereka juga perlu dimaksimalkan potensi dan tumbuh kembangnya.
Di daerah-daerah masih banyak berfokus pada usia 5-6 tahun atau anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak. Akibatnya, empat tahun pertama di masa emas anak-anak tersebut menjadi kurang diperhatikan, padahal di usia tersebut mereka juga perlu dimaksimalkan potensi dan tumbuh kembangnya.
MATERI PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
MATERI PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Vygotsky dalam Naughton (2003:46)
percaya bahwa bermain membantu perkembanagan kognitif anak secara langsung, tidak
sekedar sebagai hasil dari perkembangan kognitif seperti yang dikemukakan oleh
piaget. Ia menegaskan bahwa bermain simbolik memainkan peran yang sangat
penting dalam perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak memulai bermain make
believe, anak menjadi mampu berfikir tentang makna-makna obyek yang mereka
representasikan secara independen.
Pada kegiatan pendidikan anak usia
dini, ada materi-materi yang harus diberikan kepada anak usia dini. Materi
program kegiatan pendidikan anak usia dini dibagi dalam dua kelompok usia:
1. Materi Usia Lahir Sampai 3 Tahun
a. Pengenalan diri sendiri
Permainan yang kreatif memungkinkan
perkembangan konsep diri. Bermain mendukung anak untuk tumbuh serta mandiri dan
memiliki kontrol atas lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal
yang baru, bereksplorasi, meniru, dan mempraktikan kehidupan sehari-hari
sebagai sebuah langkah dalam membangun ketrampilan menolong dirinya sendiri,
ketrampilan ini membuat anak merasa kompeten.
b. Pengenalan perasaan
Pengenalan perasaan termasuk
perkembangan emosi. Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi
dan mengatasi masalah dengan cara yang positif. Bermain juga memberikan
kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangkan
pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.
c.Pengenalan tentang orang lain
Pengenalan tentang orang lain
termasuk dalam perkembangan sosial. Bermain memberikan jalan bagi perkembangan
sosial anak ketika berbagi dengan anak lain. Bermain adalah sarana yang paling
utama bagi pengembangan kemampuan bersosialisasi dan memperluas empati terhadap
orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme. Barmain dapat menumbuhkan dan
meningkatkan rasa sosialisasi anak. Melalui bermain anak dapat belajar perilaku
prososial seperti menunggu giliran, kerja sama, saling membantu, dan berbagi.
d.Pengenalan berbagai gerak
Pengenalan berbagai gerak bertujuan
untuk membantu memaksimalkan perkembangan fisik. Bermain dapat memacu
perkembangan perseptual motorik pada beberapa area, yaitu : (1) koordinasi
mata-tangan atau mata-kaki, seperti saat menggambar, menulis, manipulasi objek,
mencari jejak secara visual, melempar, menangkap, menendang, (2) kemampuan
motorik kasar, seperti gerak tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris,
meloncat, berlari, berjingkat, berguling-guling, merayap dan merangkak, (3)
kemampuan bukan motorik kasar (statis) seperti menekuk, meraih, bergiliran,
memutar, meregangkan tubuh, jongkok, duduk, berdiri, bergoyang, (4) manajemen
tubuh dan kontrol seperti menunjukkan kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat,
keseimbangan, kemampuan untuk memulai, berhenti, mengubah petunjuk.
e. Mengembangkan komunikasi
Mengembangkan komunikasi dapat
dilakukan dengan membantu anak dalam meningkatkan kemampuan berbahasanya.
Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarakan kemampuan
berbahasa anak. Melalui komunikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan
mengembangkan daya penerimaan serta pengekspresian kemampuan berbahasa mereka
melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain
spontan. Seperti ketika anak bermain boneka dengan temannya, mereka secara
spontan akan berbicara atau berkomunikasi dengan temannya. Boneka sebagai
anaknya, kemudian ada yang dijadikan ibu dan sebagai bapak.
Secara spesifik, bermain dapat
memajukan perkembangan dari segi komunikasi berikut ini : (1) bahasa reseptif
(penerimaan), yaitu mengikuti petunjuk-petunjuk dan memahami konsep dasar, (2)
bahasa eksresif, yaitu kebutuhan mengekspresikan keinginan, perasaan,
penggunaan kata-kata, frase-frase, kalimat, berbicara secara jelas dan terang,
(3) komunikasi non verbal, yaitu penggunaan komunikasi kongruen, ekspresi muka,
isyarat tubuh, isyarat tangan, (4) memori pendengaran, yaitu memahami bahasa
berbicara dan membedakan bunyi
f. Ketrampilan berfikir
Materi ketrampilan berfikir
merupakan materi yang diberikan sebagai tujuan untuk mengembangkan aspek
kognitif anak. Pengembangan kognitif dapat dilakukakan dengan kegiatan bermain.
Selama bermain, anak menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat,
berinteraksi dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain
menyediakan kerangka kerja untuk anak untuk mengembangkan pemahaman tentang
diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan. Bermain adalah awalan dari
fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam
kehidupan anak-anak
2. Materi anak usia 3 sampai 6 tahun
1. Keaksaraan, mencakup peningkatan
kosa kata dan bahasa, kesadaran fonologi, wawasan pengetahuan, percakapan,
memahami buku-buku, dan lainnya.
2. Konsep matematika, mencakup
pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang,
pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.
3. Pengetahuan alam, lebih
menekankan pada objek fisik, kehidupan bumi dan lingkungan.
4. Pengetahuan sosial, mencakup
hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan
dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup
manusia dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lainnya, juga
hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan
pemetaannya, misalnya dalam rumah dan ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi,
dapur, ruang keluarga, ruang belajar, di luar rumah ada taman, garasi dan
sebagainya. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.
5. Seni, mencakup menari, musik,
bermain peran, menggambar dan melukis. Menari adalah mengekspresikan ide ke
dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik
adalah mengombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang
menyenangkan. Drama adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog atau keduanya.
Seni juga mencangkup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling,
membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat
boneka, mencap dengan stempel dan lain-lain.
6. Teknologi, mencakup alat-alat dan
penggunaan operasi dasar. Kesadaran teknologi ini membahas tentang alat-alat
teknologi yang digunakan anak-anak dirumah, sekolah dan pekerjaan keluarga.
Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia
sehari-hari.
7. Ketrampilan proses, mencakup
pengamatan dan eksplorasi, eksperimen, pemecahan masalah, dan koneksi,
pengorganisasian, komunikasi dan informasi yang mewakili.
Sumber:
Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks
Asmani, Jamal Ma’mur, Buku Pintar
Play Group. Yogyakarta : Buku Biru
Kamis, 29 Oktober 2015
Kamis, 22 Oktober 2015
Langganan:
Postingan (Atom)